Menatap memar dibalik jendela sepi
pada rindu yang dibawa hujan
entah kemana harus berteduh
hanya atap-atap rapuh dedaunan
melambaikan sapa
Adakah sendiri menanti tawa untuk
disimpan
berpayung dengan kokohnya hati
yang serba tak pasti
Dalam dingin... dalam sunyi
menghitung setiap rintik jatuhnya
berapa lama waktu yang harus
dihimpun
untuk sekedar mampu
melekungkan pelangi di bibir senja
tak perlu menafyikan yang ada
biar pelangi tetap indah karena
berbeda
lalu bersama
kita tetap tertawa
dalam guyuran hujan dan juga
derasnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar